Kamis, 21 Januari 2010

Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di era globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara pihak sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun masyarakat. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi kunci sukses di dalamnya.
Dan ketika hubungan sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, efisien dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual dan sosial.


Oleh karena itu pada pembahasan makalah ini kami bahas tentang “ Hubungan Kerja sama Sekolah dengan Masyarakat ”. Semoga dengan pembahasn ini dapat menambah keharmonisan hubungan sekolah deangan masyarakat.

BAB II
MENINGKATKAN HUBUNGAN KERJA SAMA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

A. Masyarakat Sekolah
a. Peran Masyarakat Dalam Sekolah
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah indicator terhadap manajemen sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besara bagi kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha orang tua mereka dalam memberikan dukungan.
Penelitian lain yang memperkuat apa yang dikemukakan di atas dinyatakan oleh Levine & Hagigust, 1988) yang menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua murid terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan dapat meningkatkan intelektual anak. Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan kreatifitas sekolah dalam menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyarakat akan berpartisipasi secara optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Hal ini ditegaskan oleh Brownell bahwa pengetahuan masyarakat tentang program merupakan awal dari munculnya perhatian dan dukungan. Oleh sebab itu orang tua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan informasi dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-lebih di daerah pedesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, bagaimana mereka harus melakukan sesuatu untuk membantu sekolah. Hal tersebut sebagai akibat dari ketidak -mengertian mereka.
Di negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan oleh masyarakat, sehingga mutu sekolah menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka upayakan untuk dipertahankan. Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah meyakini bahwa sekolah merupakan cara terbaik dan meyakinkan untuk membina perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat keyakinan yang tinggi akan kemampuan sekolah dalam pembentukan anak-anak mereka dalam membangun masa depan yang baik tersebut membuat Mereka berpartisipasi secara aktif dan optimal mulai dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah, karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang bersangkutan.
Pentingnya keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh Richard Wolf dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan (0.80) antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar. Penelitian lain di Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama.
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar murid, sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah pedesaan yang tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.
b. Perlunya Pengelolaan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan itu berlangsung, (Manusia dan lingkungan fisik). Semua keadaan lingkungan tersebut berperan dan memberikan kontribusi terhadap proses peningkatan kualitas pendidikan dan atau kualitas lulusan pendidikan. Perhatian Top Manajemen (Kepala Sekolah) seharusnya berupaya untuk mengintegrasikan sumber-sumber pendidikan dan memanfaatkannya seoptimal mungkin, sehingga semua sumber tersebut memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Salah satu sumber yang perlu dikelola adalah lingkungan masyarakat atau orang tua murid, termasuk stakeholders. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Mengapa Manajemen Pendidikan perlu Menangani Masyarakat (perlu Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat),
secara optimal baik orang tua murid, stakeholders, tokoh masyarakat maupun institusi yang ada di lingkungan sekolah.
Organisasi sekolah adalah organisasi yang menganut sistem tebuka, sebagai sistem terbuka berarti lembaga pendidikan mau tidak mau, disadari atau tidak disadari akan selalu terjadi kontak hubungan dengan lingkungannya yang disebut sebagai supra sistem. Kontak hubungan ini dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah punah. Suatu organisasi yang mengisolasi diri, termasuk sekolah sebagai organisasi apabila tidak melakukan kontak dengan lingkungannya maka dia lambat laun akan mati secara alamiah (tidak dapat eksis), karena organisasi hanya akan tumbuh dan berkembang apabila didukung dan dibutuhkan oleh lingkungannya. Hanya sistem terbuka yang memiliki megantropy, yaitu suatu usaha yang terus menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy atau kepunahan. Ini berarti hidup matinya lembaga pendidikan akan sangat tergantung dan ditentukan oleh usaha sekolah itu sendiri, dalam arti sejauhmana dia mampu menjaga dan memelihara komunikasinya dengan masyarakat luas atau dia mau menjadi organisasi terbuka.
Dalam kenyataan sering kita temui sekolah yang tidak punya nama baik di masyarakat akhirnya akan mati. Hal ini disebabkan karena sekolah itu tidak mampu membuat hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai alasan masyarakat tidak mau menyekolahkan anaknya di suatu sekolah, yang akhirnya membuat sekolah itu mati dengan sendirinya. Demikian pula sebaliknya sekolah yang bermutu akan dicari bahkan masyarakat akan membayar dengan biaya mahal asalkan anaknya diterima di sekolah tersebut. Adanya sekolah favorit dan tidak favorit ini nampaknya sangat terkait dengan kemampuan kepala sekolah mengadakan pendekatan dan hubungan dengan para pendukungnya di masyarakat, seperti tokoh masyarakat,
tokoh pengusaha, tokoh agama dan tokoh politik atau tokoh kepemerintahan (stakeholders).
Karena itu sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung pada tiga lingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Artinya pendidikan tidak akan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis. Kaufman menyebutkan patner/mitra pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan siswa saja, tetapi juga para orang tua/masyarakat.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lembaga pendidikan bukanlah lembaga yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas, dan bersama masyarakat membangun dan meningkatkan segala upaya untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta apabila lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya membantu sekolah/lembaga pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat, yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya, yang oleh Stoop disebutnya sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk memajukan masyarakat melalui pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas).
Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan masyarakat khususnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa aktivitas tersebut harus dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam merealisasikan program inovatif tersebut.
Dengan hubungan yang harmonis tersebut ada beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat (School Public Relation) yaitu:
Bagi Sekolah/lembaga pendidikan :
a. Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti diketahui konsep pendidikan sekarang adalah oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat serta mulai berkembangnya impelementasi manajemen berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah khususnya kualitas sekolah akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat antara lain melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.
b. Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini akan tercapai apabila sekolah benar-benar mampu menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan dan peningkatan sekolah. Masyarakat akan mendukung sepenuhnya serta membantunya apabila sekolah mampu menunjukkan kinerja yang berkualitas.
c. Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru. Sebab pada dasarnya laboratorium terbaik bagi lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
d. Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif/benar. Opini yang positif akan sangat membantu sekolah dalam mewujudkan segala program dan rencana pengembangan sekolah secara optimal, sebab opini yang baik merupakan modal utama bagi sekolah untuk mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
e. Masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, sehingga sekolah akan lebih hati-hati.
f. Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan material.
Bagi Masyarakat, dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat maka :
a. Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di sekolah
b. Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah disampaikan dan direalisasikan oleh pihak sekolah.
c. Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas.

BAB III
MODEL HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
A. Melalui Komite Sekolah
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/kota dan bahkan otonomi pada tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk berkreasi dan berinovasi dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu percepatan peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan mutu hasil belajar secara keseluruhan.
Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang memberikan otonomi sampai pada tingkat sekolah menuntut sekolah untuk memberdayakan semua sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang sangat potensial dan dimiliki oleh sekolah adalah masyarakat dan orang tua murid.
Di Amerika Serikat, pengembangan sekolah dipedesaan atau di daerah-daerah urban berada di tangan dewan masyarakat sekolah (SCC=School Community Council). Dewan ini terdiri dari unsur-unsur tenaga professional pendidikan dan anggota masyarakat, dalam rangka pengembangan staf.
Aspek struktural dari pelibatan masyarakat berarti adanya kesamaan atau keseimbangan antar struktur yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Aspek prosedural pelibatan masyarakat berarti mengandung makna adanya kesamaan masukan dari kelompok professional dan anggota-anggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf untuk meningkatkan praktek-praktek penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Secara organisatoris dewan SCC ini memiliki tanggung jawab bersama sekolah untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah.
Di sisi lain SCC ini ternyata juga mempunyai tanggung jawab untuk melakukan analisis kebutuhan sekolah dan kebutuhan masyarakat melalui survey yang dilakukannya. Hasil analisis yang dilakukan dewan ini didiskusikan bersama pihak sekolah dengan melibatkan para ahli seperti konsultan dan sebagainya untuk diterjemahkan menjadi kebijakan dan program sekolah.
Kebijakan model pelibatan masyarakat dalam pendidikan melalui lembaga SCC seperti di Amerika ini sebenarnya sudah sejak lama dikenal dan dilakukan oleh pendididikan dan persekolahan di Indonesia, mulai dari POM, POMG, BP3, hingga sekarang yang dikenal dengan Komite Sekolah. Tetapi hasilnya belum terlalu nampak karena keterlibatan mereka lebih banyak pada membantu keuangan sekolah. Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia dalam hal ini Depdiknas membuat kebijakan baru dengan mengganti istilah BP3 menjadi Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah di tingkat sekolah.
Pemerintah (Depdiknas) pada saat ini memberikan peluang kepada sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui suatu lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu Dewan Sekolah atau Komite Sekolah.
B. Membina Kerjasama Dengan Pemerintah/masyarakat secara umum
Dalam era otonomi sekolah, khususnya dengan implementasi pendekatan manajemen sekolah berbasis masyarakat, sekolah memang memiliki keleluasaan dan atau otonomi yang lebih luas. Otonomi pemerintahan yang berbasis pada pemerintah daerah Kabupaten/Kota meletakkan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan berada di tingkat Kabupaten dan Kota, sehingga nampaknya peranan Pemerintah provinsi dan pusat tidak dominan. Meskipun demikian bukan berarti pusat dan propinsi tidak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan. Dalam paradigm otonomi seperti sekarang diperlukan kemampuan sekolah (baca kepala sekolah) untuk membangun kerjasama yang
harmonis dengan berbagai institusi pemerintahan mulai dari tingkat pusat sampat dengan tingkat Kabupaten/kota/Kecamatan bahkan kelurahan.
Di samping institusi pemerintahan, sekolah juga perlu membangun kerjasama yang sinergis dengan lembaga masyarakat seperti karang taruna, kepramukaan dan berbagai lembaga LSM yang bergerak dalam membantu dan membangun pendidikan. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kerjasama dengan lembaga ini adalah jangan sampai sekolah larut dan dapat dibawa kepada masalah-masalah lain selain untuk kepentingan pendidikan. Sekolah tdak boleh terbawa arus kepada kegiatan politik praktis dan kepentingan kelompok tertentu.
Kerjasama dengan berbagai institusi tersebut di atas menjadi kemutlakan bagi sekolah dalam upaya mengembangkan sekolah secara optimal, sebab sekolah adalah lembaga interaksi social yang tidak bias lepas dari masyarakat secara keseluruhan, khususnya masyarakat di sekitarnya. Banyak hal yang tidak dapat dilakukan sekolah tanpa bantuan masyarakat tersebut, katakannlah sekolah mengadakan perayaan ulang tahun sekolah, untuk menjaga keamanan, maka sekolah mutlak meminta bantuan kepolisian atau petugas keamanan lingkungan setempat.
Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut antara lain:
1. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama. Berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah mungkin saja terdapat dan dimiliki oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang kegiatan pendidikan sekolah dapat membangun kerjasama dengan pemilik fasilitas tersebut. Misalnya tempat pameran, gedung olah raga dan lain-lain.
2. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa. Misalnya sekolah ingin meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas dalam memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin
melaksanakan pentas seni sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga kesenian di masyarakat untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni tradisional).
3. Pemanfaatan sumber daya manusia secara mutualism, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya manusia di masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sekolah.
C. Kerjasama Sekolah Dengan Masyarakat Terorganisasi
Pada saat ini sangat banyak masyarakat yang mengikat dirinya dalam satu kelompok organisasi, baik yang bersifat organisasi social, organisasi profesi, organisasi untuk community tertentu yang bersifat kedaerahan maupun organisasi yang mementingkan laba. Dari berbagai organisasi tersebut di atas banyak sekali yang sangat peduli terhadap pendidikan, tetapi tidak sedikit juga organisasi yang menjadi stressor bagi dunia pendidikan.
Di sadari bahwa organisasi-organisasi tersebut sangat besar peranannya dalam membantu pendidikan apabila diberdayakan secara optimal dan murni. Beberapa oraganisasi yang memfokuskan dirinya terhadap pendidikan antara lain:
a. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
b. Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI)
c. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
d. Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia
e. Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS)
f. Gerakan nasional Orang Tua Asuh (GN OTA)65
g. Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI)
h. Kelompok Budayawan, Seni Tari dan Musik.
i. Dan lain-lain
Organisasi tersebut sangat besar manfaatnya apabila sekolah mampu menjadikannya sebagai mitra bagi pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. Sebagai contoh: kalau sekolah ingin meningkatkan bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah yang berkualitas, maka Ikatan sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia yang ada di masing-masing daerah dapat dimanfaatkan sebagai mitra, baik dalam pengembangan konsep, implementasi kegiatan maupun dalam pembinaan sehari-hari. Hal yang sama juga dapat dilakukan kerjasama dengan kelompok seni tari, misalnya kalau sekolah menyelenggarakan ekstra kurikuler seni tari musik atau drama.
Sangat mungkin suatu sekolah pada masa sekarang ingin meningkatkan peran guru di samping sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Untuk meningkatkan kemampuan guru tersebut sekolah dapat bekerja sama dengan asosiasi bimbingan ABKINS (Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia), atau juga dengan HIMAPSI (himpunan Masyarakat psikologi Indonesia).
Dalam kenyataan sehari-hari sering terjadi organisasi masyarakat melaksanakan kegiatannya justeru menggunakan sekolah sebagai sasarannya, seperti pengabdian masyarakat mereka tentang penyuluhan NARKOBA, hal ini harus dimanfaatkan oleh sekolah sebagai peluang dalam pembinaan siswa di sekolahnya. Oleh sebab itu tidak salah kalau sekolah selalu memprogramkan berbagai kegiatan tersebut sebagai upaya meningkatkan mutu di sekolah (pemahaman mutu disini bukan sekedar nilai UAN).

BAB IV
HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA KEPALA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

A. Menggalang dukungan Masyarakat.
Untuk dapat mengaktifkan orang tua murid, tokoh tokoh masyarakat, komite sekolah dan stakeholders, salah satu strategi yang dapat ditempuh di luar badan-badan formal seperti komite sekolah adalah menarik perhatian masyarakat melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh staf pengajar. Artinya hubungan akrab dengan masyarakat dimulai dengan memajukan dan menunjukkan mutu pendidikan yang meyakinkan mereka, Untuk itu disarankan untuk dilakukan beberapa langkah berikut:
Bina pengajar secara aktif, sehingga mereka berdedikasi dan professional. Dalam kaitan ini maka kepala sekolah perlu mengembangkan budaya kerja yang berkualitas di lingkungannya.
Dalam kaitan ini Suyata (1996) menyatakan bahwa karakteristik budaya kerja sekolah yang dapat membangun mutu adalah:
1. Kedisiplinan. Kedisiplinan semua warga sekolah merupakan salah satu cerminan/indikator budaya kerja di sekolah. Kedisiplinan tidak akan terbentuk secara otomatis, tetapi terbentuk melalui suatu proses. Dalam proses pembentukan kedisiplinan lebih banyak berlangsung secara imitasi atau peniruan. Karena itu maka agar terjadi imitasi yang baik harus dimulai dari kepala sekolah yang selalu mencerminkan sikap kedisiplinan dalam melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah. Tidak akan pernah ada sekolah yang berdisiplin tinggi tanpa kepala sekolah yang berdisiplin.
2. Monitoring progress siswa,
3. Harapan yang tinggi terhadap siswa,
4. Fokus perhatian warga sekolah pada proses pembelajaran.
Untuk itu Niron (2001) menyatakan bahwa kepala sekolah harus memperhatikan beberapa hal pokok berikut ini agar dapat mencapai target mutu yaitu:
1. Mengidentifikasi pelanggan sekolah. Siapa pelanggan sekolah sebenarnya, Sallis (1993) menyatakan setiap orang di sekolah memiliki peran ganda yaitu sebagai pelayan sekaligus sebagai pelanggan, yaitu mereka sebagai pelayan untuk orang lain (guru terhadap muridnya), tetapi dia juga sebagai pelanggan pelayanan (guru dari pelayanan kepala sekolah). Untuk itu maka kepala sekolah sudah seharusnya memberikan pelayanan yang bermutu kepada semua staf sekolah. Sebab pada dasarnya staflah (guru-guru dan staf tata usaha) yang membuat kualitas menjadi baik atau menurun. Dengan demikian maka pelanggan internal ini perlu mendapat perhatian utama agar mereka mendapatkan kepuasan dalam bekerja.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Kepala sekolah perlu mengetahui secara jelas apa yang diinginkan oleh pelanggan, khususnya pelanggan internal yaitu guru-guru, staf dan siswa. Sebab merekalah sebenarnya ujung tombak bermutu tidaknya produk sekolah yang dihasilkan.
3. Menetapkan target produk yang diinginkan, khususnya kualitas produk. Dari sisi menajamen pendidikan tampilan produk suatu sekolah menjadi citra bagi sekolah di tengah-tengah masyarakatnya. Produk yang berkualitas menjadi cerminan akan kualitas pelayanan yang diberikan.
4. Mengembangkan visi, misi dan tujuan secara jelas.

Triguno (1977) menyatakan bahwa warna budaya kerja adalah suatu produktivitas berupa perilaku kerja yang dapat diukur seperti kerja keras, ulet,
disiplin, produktif, tanggung jawab, bermotivasi, kreatif, inovatif, responsif dan mandiri. Ini berarti bahwa budaya kerja merupakan dasar untuk menghasilkan kualitas proses kerja. Dengan demikian maka apabila seseorang ingin berkualitas kerja maka dia harus memiliki proses kerja yang berkualitas.
Agar lebih berhasil dalam melakukan perubahan yang berorientasi pada mutu, Sukardi (2001) menyarankan kepada para kepala sekolah hendaknya mengakomodasi lima prasyarat penting untuk terjadinya Manajemen Mutu Terpadu. Implementasinya manajemen mutu menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yaitu:
1. Penggunaan 4 langkah siklus yaitu: merencanakan (planning), melaksanakan (do), Mengontrol (controlling) dan bertindak (Action) atau oleh Deming sering disebut dengan singkatan PDCA.
2. Data empirik merupakan dasar dalam setiap pengambilan keputusan, menentukan prioritas dan perubahan-perubahan dalam organisasi.
3. Melakukan prediksi, sebagai upaya antisipasi untuk lebih menyempurnakan produk di masa yang akan datang.
4. Berfokus pada kepuasan pelanggan. Artinya bahwa segala kegiatan dan pelayanan harus selalu ditingkatkan secara terus menerus agar didapat kepuasan pelanggan. Dalam dunia pendidikan di sekolah, pelanggan internalnya adalah guru, siswa, staf dan sebagainya. Untuk itu maka kepuasan kerja guru, staf dan kepuasan siswa dalam belajar adalah pertimbangan sentral utama yang harus diperhatikan oleh seorang kepala sekolah. Makin tinggi kepuasan para pelanggan, akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu proses kegiatan yang dilakukan oleh mereka.
5. Lebih menekankan pendekatan siklus dalam memperbaiki organisasi. Konsep ini beranggapan bahwa perbaikan dan perubahan organisasi tidak dapat dilakukan seperti membalik telapak tangan, tetapi
memerlukan waktu yang cukup dan berkelanjutan. Untuk itu maka perbaikan dan perubahan organisasi ditempauh melalui siklus tertentu atau menggunakan tahapan-tahap perbaikan sebagai berikut :
1. Para pemimpin struktural dalam organisasi sekolah perlu memiliki pandangan jauh ke depan tentang kemana lembaga sekolah akan diarahkan. Dalam hal ini para pemimpin harus mengerti Visi, Misi dan Tujuan Institusinya masing-masing secara mendalam.
2. Para civitas akademika (semua warga sekolah) perlu memiliki kemampuan profesi yang mancakup kemampuan individual, kemampuan kelompok yang diciptakan secara sistimatis melalui program pendidikan dan pelatihan.
3. Adanya apresiasi insentif baik materi maupun insentif psikologis seperti kemungkinan dan kemudaha promosi, penghargaan atas prestasi pekerjaan
4. Tersedianya sumber daya dan mekanisme penempatan yang sesuai dengan keahliannya masingt-masing. Tetapi keahlian saja tidak akan membawa orang berprestasi tanpa adanya kemauan dan kmoitmen yang kuat untuk berprestasi kerja.
5. Adanya rencana kerja dan strategi sekolah yang tergambar dalam Visi, Misi dan tujuan organisasi serta rencana operasional (Renstra dan Renops).

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad Suriansyah, (2001). Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat. Diktat Bahan Kuliah pada Program Studi Administrai Pendidikan, FKIP Unlam. Banjarmasin: FKIP Unlam
 Torsten Husen. (1988). Masyarakat Belajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas Universitas Terbuka bekerjasama dengan CV. Rajawali Pers.
 Pidarta, M. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Edisi Pertama, Jakarta : Bina Aksara.
 Manajemen Hubungan Sekolah Dan Masyarakat, Kompetensi Sosial Kepala Sekolah, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007.



read more...

Kurikulum PI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.


Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum
2. Rumusan masalah
Adapun dalam Makalah ini kami kembangkan berdasarkan rumusan masalah di bawah ini:
1. Prinsip pengembangan kurikulum PI.
2. Pendekatan pengembangan kurikulum PI.
3. Prosedur pengembangan kurikulum PI .
4. Teknik pengembangan kurikulum PI


5. Metode pembahasan
Adapun metode pembahasan dalam makalah ini kami gukakan kajian pustaka, dan segaian juga kami ambil dari internet.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip pengembangan kurikulum PI

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.

B. Pendekatan pengembangan kurikulum PI
Dalam studi tentang kurikulum sering dipertanyakan jenis pendekatan yang di pergunakan dalam penyusunan kurikulum tersebut,karna penggunaan suatu jenis pendekatan atau orientasi pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum.menurut perkembangannya studi tentang kurikulum dapat digolongkan dalam empat teori diantaranya sebagai berikut;
1. Pendekatan mata pelajaran
Pendekatan mata pelajaran bertitik tolak dari mata pelaran seperti ilmu bumi, Sejarah, Ekonomi, Ilmu, Biogidan ilmu yang lain .dikarnakan masing-masing mata pelajaranberdiri sendiri sebagai disiplin ilmu,tersimpan kotak-kotak mata pelajaran dan terlepas satu sama lain bahkan semuanya tidak mempunyai hubungan maupun kaitan.dengan alasan itulah pola kurikulum yang ada dalam pendekatan ini merupakan pola kurikulum yang terpisah
2. Pendekatan interdisipliner
Berbagai gejalasosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak mungkin ditinjau hanya dari satu sudut saja, karna setiap gejala sosial akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya, baik dari sosial, politik, ekonomi, budaya dan sebagainya.begitu pula peristiwa yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat yang mempengaruhi diberbagai aspek, itulah sbabnya tidak bisa dilihat dari satu aspek saja baik itu Sejarah atau dari Ilmu bumi, harus dan sebaiknya ditinjau dari berbagai aspek.Berdasarkan pertimbangan di atas, para ahli berpendapat bahwa kurikulum sekolah sebaiknya tidak disusun berdasarkan mata pelajaran yang terpisah, melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memilikiciri-ciri yang sama, yang menjadi suatu bidang studi dan pendekatan tersebut dikenal dengan pendekatan interdisipliner,contohnya seperti IPA, Mate-Matika, dan Biologi, di America ada yang di sebutpendidikan kesehatan[healh education] dan juga seni dan musik[aesthic]
3. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif,atu lebih di kenal dengan pendekatan terpadu ini, bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur.
Bermakna mempunyai arti bahwa setiap keseluruhan memiliki makna, arti dan faedah, keseluruhan tersebut bukanlah dari berbagai bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki makna tersendiri.. Adapun terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam struktur tertentu. Sebagai contoh manusia bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniah dan rohaniah, melainkan suatu yang utuh,. Dalam konteks ini, pendidikan anak sebagai pendidikan yang menyeluruh, atau dengan kata lain pendidikan dengan pembentukan yang terintegrasi. Oleh karena itu kutikulum harus disusun sedemikian rupasehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang dan merupakan orgamisme yang hidup dalam masyarakat yang berkembang pula.
Mata pelajaran auat bidang studi hanyalah sebagian faktoryang mempengaruhi perkembangan anak, disamping itu, bahkan dalam cakupan yamg lebih luas lagi, masih banyak komponen lain yang turut menpengaruhi perkembangan anak, separti bangunan, fasilitas, tukang kebun, gambar dansebagainya.
Dawesa ini pendekatan terpadu banyaksekali dikembangkan. Dalam perkembangan kurikulun kita terdapat istilah ”integrated curiculum” dengan sistem yang mencakup pelajaran unit. Semua mata pelajaran atau bidang studi tidak terlepas atau terpisah satu dangan yang lainnya.

4. Pendekatan Sistem
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah kompoinen atau bagian yang saling mempengaruhi satu sama lain.satu komponen juga dapat merupakan sebuah subsistem dari suatu sistem.
Pada tingkat makro, jika kita meninjau sistem pendidikan, maka kurikulum sesungguhnya merupakan suatu komponen dari input intstrumental.Kurikulum ditinjau dalam hubungannya dengan komponen-komponen nya, antara lain tujuan, prinsip, susunan, dan sistem penyampaiannya.
Pendekatan sistem digunakan juga sebagai suatu sistem berfikir, bahkan sistem ini dikembangkan dalaam upaya pembaharuan pendidikan .langkah-langkahnya dengan cara memproses identifikasi dan prumasan masalah atau hasil-hasil yang diinginkan , dan penentuan yang dinilai paling tepat melalui paper analysis atau eksprimen. Selanjutnya di dilakukan kegiatan try out dan revisi, dan langkah terakhir yakni implamentasi da evaluasi.
Dari uraian diatas, maka jelaslah bahwa dalam penyusunan suatu program pendidikan dan kurikulum, sangat penting untuk di ten tukan terlebih dahulu jenis pendekatan yang akan digunaka. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa dalam penyusunan kurikulum hanya digunakan satu jenis pendekatan saja, karena beberapa jenis pendekatan dapat juga digunakan sekaligus, seperti yang dijumpai dalam pembinaan kurikulum tahun 1975.

C. Prosedur pengembangan kurikulum PI
1. Ketua jurusan membentuk Tim Pemgembangan Kurikulum (TPK) dan mengusulkan pembuatan SK ke Dekan
2. TPK minimal beranggotakan
• Ketua/ sekretaris jurusan
• Ketua program studi
• Koordinator kelompok dosen bidang ilmu
• Dosen yang kompetem
• Ketua unit jaminan mutu (UJM)
3. TPK bekerja merumuskan Draf kurikulum baru (DKP)
4. Apabial selesai, ketua jurusan mengadakan rapat jurusan untuk membahas
5. Rapat jurusan tersebut menghasilkan dokumen perubahan kurikulum (DPK)
6. DPK kemudia diusulkan ke dekan untuk di sahkan
7. DPK disosialisakan ke mahasiswa melalui mekanisme buku pedoman akademik, pengumuman dan dialog jurusan
8. Unit jaminan mutu memantau kegiatan TPK, mengarsip DPK dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum tiap semester.

D. Teknik pengembangan kurikulum PI

1. Identivikasi kebutuhan masyarakat terhadap lulusan
2. Mendeskripsikan kompetensi lulusan
3. Mendeskripsikan pengalaman belajar
4. Menyusun bidang kajian
5. Penanaman bidang kajian





















































read more...

Pengembangan Kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah kunci berkesinambungannya peradaban manusia. perhatian yang penuh terhadap peningkatan mutu pendidikan akan berefek pula terhadap semakin tingginya peradaban manusia. artikel pendidikan yang disajikan dibawah ini ingin sedikit mengupas beberapa sisi pendidikan, karakter pendidikan, metode pendidikan, tujuan pendidikan, metode pembelajaran, tips-tips belajar, pengembangan pendidikan, kurikulum pendidikan, serta beberapa kejadian seputarpendidikan.
Dan urikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Oleh karena itu, pada makalah ini penulis membahas tentang kurikulum pendidikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar. Semoga dengan pembahasan ini kita dapat mengembangkan sistem pendidikan kita sebagai salah satu sumber dari terciptanya peradaban islam yang kita impikan. Amin.










BAB II
KURIKULUM PENDIDIKAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis kurikulum berarti”lapangan pertandingan”(race course)yaitu arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish.
Sedangkan secara terminologis kurikulum adalah bahan atau pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa dibawah pengawasan pendidik / sekolah untuk merealisasikan tujuan pendidikan.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum mempunyia berbagai macam arti,yaitu:
1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran
2. pengalaman belajaryang diperoleh murid dari sekolah
3. rencana belajar muid
Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, sertacara yang digunknnya dalam menyelenggarakan kegiatn belajar mengajar. Bayak pendapat mengenai arti kurikulum, Namun inti kurikulum sebenarny6a adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan brrbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi denagn lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran,tetapi yang terpenting adalah pengalamankehidupan.

B. Asas-Asas Kurikulum
Pengembangan kurikulum pada hakeketnya sangat kompleks karena banyak factor yang terlibat di dalamnya. Tiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu.
Pada umumnya dalam membina kurirkulum kita dapat berpegang pada asas-asas berikut:
a) Asas filosofis
Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.
Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memberikan arah pendidikan seperti hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh karena itu,wajar apabila kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karen afilsafat mementukan tujuan yang hendak dicapai dengan alatyang di sebut kurikulum.
b) Asas psikologis
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghmbat kemuan belajar mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikai proses belajar mengajar dan tingkat-ingkat perkembanganpeserta didik. Kurikulum pada dasarnya disusun agar peerta diik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama dlm proses belajar mengajar akan lebih meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang mengabaikan faktor psiklogis peserta didik
c) Asas sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt sekolah atau bahka tingkat pengajaran
d) Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum.Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
1. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated subject curriculum)
2. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan(Correlated curriculum)
3. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integrated curriculum)
Selain dari asas-asas di atas ada sejumlah prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum,diantaranya:
a. Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik
b. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan kurikulum
c. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh
d. Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjangpendidikan disusun secara berkesinambungan
e. Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang berlakuuntuk semua anak terdapat pula kesempatan bagi amak mengambil program-program pilihan
f. Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu
C. Jenis Dan Macam Kurikulum
Kita mengenal berbagai macam kurikulum ditinjau dari berbagai aspek:
Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum sebagai berikut:
1. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum
2. Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar.
3. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.
Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat membedakan:
1. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan seterusnya.
2. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.
3. Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.



Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan menjadi:
1. Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional.
2. Kurikulum negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian, misalnya di masing-masing negara bagian di Amerika Serikat.
3. Kurikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam kurikulum.












BAB III
UNSUR DAN KEDUDUKAN KURIKULUM
A.Unsur-Unsur Kurikulum
Selain asas-asas itu, tiap kurikulum mempunyai sejumlah unsur yang saling berkaitan dank arena itu dapat dikatakan mempunyai suatu struktur, unsur-unsur tersebut meliputi :
1. Tujuan, Yaitu arah/sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaran pendidikan
2. Isi Kurikulum, Yaitu pengalaman belajar yang di peroleh murid di sekolah.pengalaman-pengalaman ini di rancang dan di organisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai denagn tujuan
3. metode proses belajar mengajar yaitu cara muri memperolehpengalaman belajaruntuk mencapai tujuan
4. Evaluasi yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di tuju dapat tercapai atau tidak.
B. Kedudukan Kurikulum
Pendidikan berintikan antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan –tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah ( pendidikan formal), ataupun masyarakat.
Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Kelebihan tersebut meliputi :
a. Pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pambinaan moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih mendalam karena dalam sekolah terdapat kurikulm yang mengatur proses pembelajaran.
c. Pendidikan sekolah dilaksanakan secara terencana dan sistematis serta lebih disadari.
Dari ketiga kelebihan di atas dapat disimpulakn bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak di sekolah, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkandari pendidikan atau pengajaran.










BAB IV
KONSEP KURIKULUM INTEGRAL

Kurikulum integral adalah kurikulum yang memadukan aspek intelektual, skill / keterampilan, dan mentalspritual. Hal ini di lakukan secara terpadu oleh lembaga pendidikan, baik pendidikan formal ataupun pendidikan non formal yang berjalan secara kontinyu mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.
Kurikulum integral berlandaskan Tauhid dan aqidah islamiyah yang tercermin dalam al qur’an dan sunnah, yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan penciptaan manusia di muka bumi, yakni sebagai hamba Allah dan khalifah Allah, dengan karakteristik bertaqwa, cerdas, dan terampil.
Adapun bentuk dari kurikulum integral sesuai dengan tujuan pendidikan integral yang ingin di wujudkan oleh manusia yang bertaqwa, cerdas, dan terampil. Maka kurikulum integral mencakup pengetahuan agama, pengetahuan alam, dan pengetahuan tentang keterampilan.
Ketiga jenis pengetahuan tersebut di sampaikan pada peserta didik dengan landasan tauhid. Artinya setiap ilmu diberikan kepada peserta didik selalu membuat pesrta didik makin dekat kepada Allah swt. Salah satu caranya adalah dengan mengaitkan setiap ilmu dengan Allah swt, manusia, dan alam.






BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
 Secara etimologis kurikulum berarti”lapangan pertandingan”(race course)yaitu arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish.
 Secara terminologis kurikulum adalah bahan atau pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa dibawah pengawasan pendidik / sekolah untuk merealisasikan tujuan pendidikan.
 Tiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu, yaitu Asas filosofis, Asas Organisatoris, Asas sosiologis,Asas psikologis.
 Unsur-unsur kurikulum terdiri dari Tujuan, Isi Kurikulum, metode proses belajar mengajar, dan Evaluasi.
 Kedudukan kurikulum merupakan syarat mutlak di sekolah, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkandari pendidikan atau pengajaran.








DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, pengembangan kurikulum , CV.Pustaka setia, Bandung, 1998
Sultoni Ahmad, ilmu pendidikan, LPPM, Srabaya, 2006
Sukmadinata NanaSyaodih, pengembangan kurikulum, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006







read more...

Kepemimpinan

BAB I
PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Tugas kepemimpinan, meliputi dua bidang utama,pekerjaanyang harus diselesaikan dan kekompakan orang yang dipimpinannya. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan disebut task function. Tugsa yang berhubungan dengan pekerjaan perlu agar pekerjaan kelompok dapat diselesaikan dan kelompokm mencapai tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerjasama menyelesaikan kerja itu lancar dan enak jalannya.
Dalam melaksanakan tugas kepemimpina mempebgaruhi orang atau kelompok menuju tujuan tertentu,kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri,pandangan kita terhadap manusia, keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpina kita laksanakan.
Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk memdapatkan fasilitas, uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahtraan orang yang dipimpinnya. Factor-faktor yang berasal dari kita sendiri yang mempengaruhi kepemimpina kita adalah pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita menduduki tingkat pemimpin dan pengalaman yang kita miliki dalam bidang kepemimpinan.
Oleh karena itu pada pembahasan makalah ini kami bahas tentang Pendekatan Dalam Kepemimpinan, sebagai salah satu factor yang mempengaruhi tingkah laku seorang pemimpin.







BAB II
STUDI PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

A. Pendekatan Sifat Pada Kepemimpinan
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasayang dimiliki oleh pemimpin, seperti tidak kenal lelah, intuisi yang tajam, tujuan ke masa depan yang tidak sempit, serta kecakapan yang meyakinkan yang sangat menarik.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, para pengikut Anda harus memercayai Anda dan dilibatkan dalam visi yang Anda miliki. Korn/Ferry International, suatu perusahaan pencari para eksekutif, mengadakan survei mengenai apa yang diinginkan organisasi dari sang pemimpinnya. Para responden mengatakan bahwa mereka menginginkan orang yang beretika sekaligus memiliki visi ke depan yang kuat. Dalam banyak organisasi, tindakan seorang pemimpin menjadi teladan. Perilaku pemimpin bisa memenangkan kepercayaan, kesetiaan, dan menjamin vitalitas perusahaan agar berjalan dengan baik. Salah satu cara untuk membangun kepercayaan adalah dengan menunjukkan karakter yang baik -- terdiri dari keyakinan, nilai, kemampuan, dan sifat.
Sifat akan membedakan seseorang berdasarkan kualitas atau karakteristiknya, sedangkan karakter adalah jumlah keseluruhan dari sifat-sifat ini. Kita akan memfokuskan diri hanya pada beberapa sifat yang krusial untuk seorang pemimpin. Semakin banyak yang Anda miliki dari daftar berikut, semakin besar kepercayaan pengikut Anda terhadap Anda.


Sifat-Sifat Seorang Pemimpin yang Baik
• Jujur. Seorang pemimpin yang baik menunjukkan ketulusan, integritas, dan keterbukaan dalam setiap tindakannya.
• Kompeten. Tindakan seorang pemimpin haruslah berdasar pada penalaran dan prinsip moral, bukannya menggunakan emosi kanak-kanak dalam mengambil suatu keputusan.
• Berpandangan ke depan dan menetapkan tujuan. Dalam menetapkan tujuan, seorang pemimpin perlu menanamkan pemikiran bahwa tujuan itu adalah milik seluruh organisasi. Ia mengetahui apa yang diinginkannya dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Biasanya ia menetapkan prioritas berdasarkan nilai dasarnya.
• Memberi inspirasi. Dalam mengerjakan setiap tugas, seorang pemimpin harus menunjukkan rasa percaya diri, ketahanan mental, fisik, dan spiritual. Dengan begitu, bawahan akan terdorong untuk mencapai yang lebih baik lagi.
• Cerdas. Seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kemauan untuk terus membaca, belajar, dan mencari tugas-tugas yang menantang kemampuannya.
• Berpikiran adil. Prasangka adalah musuh dari keadilan. Seorang pemimpin yang baik akan memperlakukan semua orang dengan adil. Ia menunjukkan empatinya dengan bersikap peka terhadap perasaan, nilai, minat, dan keberadaan orang lain.
• Berpikiran luas. Pemimpin yang baik menyadari setiap perbedaan yang ada dalam ruang lingkup kepemimpinannya dan mau menerima segala perbedaan itu.
• Berani. Seorang pemimpin yang baik selalu bertekun dalam usahanya mencapai tujuan, bukannya terus-terusan berusaha mengatasi berbagai halangan yang memang sulit untuk diatasi. Biasanya, meskipun sedang berada di bawah tekanan, ia tetap tenang dan menunjukkan rasa percaya diri.
• Tegas. Anda tidak dapat menjadi seorang pemimpin yang baik bila tidak tegas dalam mengambil keputusan tepat di saat yang tepat.
• Imajinatif. Inovasi dan kreativitas diperlukan dalam suatu kepemimpinan.

B. Pendekatan Tingkah Laku Pada Kepemimpinan
Pendekatan tingkah laku kepemimpinan artinya perbuatan, kelakuan, atau perangai seorang pemimpin.
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.


C. Pendekatan Kontingensi Dalam Kepemimpinan
Pendekatan ini di sebut juga pendekatan situasional, sebagai tehnik yang paling baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi dan munkin bervariasi dalam lingkungan yang berbeda.
Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil, maka kemungkinan akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.
LPC Contingency Model dari Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari tiga variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan.
Leader Member Exchange Theory menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut. Teori ini menekankan pada perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.

Leader Participation Model menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai jenis situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku kepemimpinan seseorang yang bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.
D. Pendekatan Tingkah Laku Dari Kouzes
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam organisasi, karena menyangkut hubungan antara pemimpin dengan anggota.
Dalam pendekatan tingkah laku kepemimpinan dari Kouzes adalah ia meyakini bahwa suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima.
Dikemukakan, kualitas kepemimpinan manajerial adalah suatu cara hidup yang dihasilkan dari “mutu pribadi total” ditambah “kendali mutu total” ditambah “mutu kepemimpinan”.
Berdasarkan penelitiannya, ditemukan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu;
1. pemimpin yang menantang proses
2. memberikan inspirasi wawasan bersama
3. memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi
4. mampu menjadi penunjuk jalan, dan
5. memotivasi bawahan.



BAB III
KARAKTERISTIK PRIBADI DARI KARYAWAN
Bila semua karyawan diperusahaan mampu bekerja dengan etos kerja terbaik, maka budaya perusahaan akan bertransformasi menjadi budaya high trust. Budaya high trust akan menghasilkan kredibilitas yang menciptakan rasa percaya setiap stakeholder kepada reputasi perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus memiliki tindakan nyata untuk menanam etos kerja yang berkualitas di dalam DNA organisasi. Penanaman ini harus dimulai dari mind set setiap karyawan dan pimpinan perusahaan.
Pada umumnya, karyawan – karyawan yang beretos kerja terbaik itu akan berperilaku atau pun berciri-ciri seperti.
1. Mereka akan bekerja untuk membangun reputasi dan kredibilitas dirinya, agar dirinya dihargai perusahaan. Mereka sadar bahwa prestasi dan karir kerja mereka hanya akan berjalan baik, bila mereka mampu berdedikasi total kepada pekerjaan mereka.
2. Mereka sangat loyal kepada pimpinan dan perusahaan. Mereka juga tidak pernah hitung-hitungan jam kerja. Apa pun kejadiannya, mereka akan mengutamakan tanggung jawab pekerjaannya secara maksimal.
3. Mereka bergabung ke perusahaan dengan membawa misi dan visi pribadi mereka. Yang pasti, mereka akan menggunakan perusahaan sebagai kendaraan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka, baik itu dari sisi finansial, maupun dari sisi status sosial mereka.
4. Mereka selalu fokus dan memiliki Komitmen tinggi untuk menjalankan semua rencana kerja perusahaan secara total dan berkualitas. Mereka akan mendedikasikan dirinya untuk bekerja keras mengejar target-target yang diberikan perusahaan.
5. Demi untuk keberhasilan perusahaan, mereka selalu bekerja dengan cara melakukan kolaborasi, koordinasi, komunikasi dengan atasan dan bawahan mereka.
BAB IV
MASA DEPAN TEORI KEPEMIMPINAN
Suatu persyaratan penting bagi efektivitas atau kesuksesan pemimpin (kepemimpinan) dan manajer (manajemen) dalam mengemban peran, tugas, fungsi, atau pun tanggung jawabnya masing-masing adalah kompetensi. Konsep mengenai kompetensi untuk pertamakalinya dipopulerkan oleh Boyatzis (1982) yang didefinisikan kompetensi sebagai “kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan kebutuhan kerja dalam parameter lingkungan organisasi dan memberikan hasil yang diinginkan”. Secara historis perkembangan kompetensi dapat dilihat dari beberapa definisi kompetensi terpilih dari waktu ke waktu yang dikembangkan oleh Burgoyne (1988), Woodruffe (1990), Spencer dan kawan-kawan (1990), Furnham (1990) dan Murphy (1993).
Beberapa pandangan di atas mengindikasikan bahwa kompetensi merupakan karakteristik atau kepribadian (traits) individual yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Selain traits dari Spencer dan Zwell tersebut, terdapat karakteristik kompetensi lainnya, yatu berupa motives, self koncept (Spencer, 1993), knowledge, dan skill ( Spencer, 1993; Rothwell and Kazanas, 1993). Menurut review Asropi (2002), berbagai kompetensi tersebut mengandung makna sebagai berikut : Traits merunjuk pada ciri bawaan yang bersifat fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap berbagai situasi atau informasi. Motives adalah sesuatu yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang, yang dapat mengarahkan, mendorong, atau menyebabkan orang melakukan suatu tindakan. Motivasi dapat mengarahkan seseorang untuk menetapkan tindakan-tindakan yang memastikan dirinya mencapai tujuan yang diharapkan (Amstrong, 1990). Self concept adalah sikap, nilai, atau citra yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri; yang memberikan keyakinan pada seseorang siapa dirinya. Knowledge adalah informasi yang dimilki seseorang dalam suatu bidang tertentu. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu, baik mental atau pun fisik.

BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
 hal yang perlu diperhatikan dalam sifat kepemimpinan adalah karakter dari sosok pemimpin itu sendiri karena seorang yang berkarakter kuat menunjukkan aktivitas, energi, kemantapan tekad, disiplin, kemauan keras, dan keberanian. Dia melihat apa yang ia inginkan lalu mengejarnya. Ia juga menarik orang untuk mengikutinya.sedangkan orang yang berkarakter lemah tidak menunjukkan sifat-sifat tersebut. Ia tidak tahu apa yang ia inginkan. Sifatnya tidak terkelola dengan baik, terombang-ambing dan tidak konsisten. Akibatnya, tidak ada seorang pun yang bersedia mengikutinya.
 Berdasarkan agama islam ada 4 sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu : siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah.
 Perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.
 Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan
 Berdasarkan teori kouzes terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu; pemimpin yang menantang proses, memberikan inspirasi wawasan bersama, memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi, mampu menjadi penunjuk jalan, dan memotivasi bawahan.




DAFTAR PUSTAKA
 Wahjosumidjo, kepemimpinan kepala sekolah, Jakarta : rajawali pers 2008
 Rivai Veithzal,Kpemimpinan dan Perilaku organisasi, Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada, 2007
 http://www.nwlink.com/~donclark/leader/leadchr.html
 www.ninecorporatetrainer.com
 http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian-2003/Dimensi%





read more...

PELAYANAN DAN PERLENGKAPAN PERPUSTAKAAN


BAB I
PENDAHULUAN

Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan dan menyegarkan.
Perpustakaan memberi kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan perpustakaan merupakan jantung bagi kehidupan aktifitas akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perpustakaan harus menjadi sarana aktif/interaktif dan menjadi tempat dihasilkannya berbagai hal baru.
Oleh karena itu pada makalah ini kami bahas tentang salah satu bagian dari manajemen perpustakaan, yaitu tentang pelayanan, perlengkapan dan sumber daya manusia petugas. Yang meliputi : sirkulasi, referensi, tata tertib, peralatan, perlengkapan, keriteria petugas, da kiat menarik pengunjung.
Semoga dengan pembahasan ini dapat memberikan kontribusi dan pemahaman mahasiswa tentang pengelolaan perpustakaan.





BAB II
PELAYANAN DAN PERLENGKAPAN PERPUSTAKAAN

A.Pelayanan
Perkembangan perpustakaan dilihat dari kepentingan pengguna dirasakan belum menggembirakan. Masih banyak “tuntutan” pengguna yang belum dapat dipenuhi oleh perpustakaan.
Untuk itu perlu kiranya dipikirkan sebuah sinergitas yang mengakomodasi kedua kepentingan tersebut sehingga terjadi keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Perpustakaan, Universitas dan Pengguna perlu berjalan bersama untuk memikirkan sebuah perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik.
Bidang layanan perpustakaan ini dapat dilihat dari beberapa hal seperti:
a. Layanan Sirkulasi
Penerapan dalam bidang layanan sirkulasi dapat meliputi banyak hal diantaranya adalah layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan, dll. Selain itu dapat juga dilakukan silang layan antar perpustakaan yang lebih mudah dilakukan apabila teknologi informasi sudah menjadi bagian dari layanan sirkulasi ini.
b. Layanan Referensi
Penerapan dalam layanan referensi dan hasil-hasil penelitian dapat dilihat dari tersedianya akses untuk menelusuri sumber-sumber referensi bahan pustaka yang ada.



c. Layanan Tata tertib

Mahasiswa yang akan meminjam koleksi perpustakaan wajib mentaati tata tertib sebagai berikut :

a). Menunjukan kartu anggota perpustakaan yang masih berla

ku.

b). Bertanggung jawab atas bahan bacaan yang di pinjam dan tidak di

perkenankan mengembalikan buku melalui orang lain.


c). Jangka waktu peminjaman bahan pustaka untuk di bawa pulang ke

rumah : mahasiswa, dosen, serta karyawan maksimal 1 ( satu ) ming-

gu apabila terlambat dikenakan sangsi/ denda Rp. 500.- ( lima ratus

rupiah ) satu hari satu buku.

e). Wajib meninggalkan identitas diri ( kartu tanda mahasiswa, kartu

forum, DPP ( pembayaran uang perkuliahan ) yang masih berlaku

pada petugas bagian peminjaman .

f). Buku pinjaman dapat di perpanjang kembali bila tidak ada yang me-

merlukannya, untuk memperpanjang jangka waktu peminjaman

buku tersebut, harus di bawa kebagian peminjaman guna untuk di

berikan tanggal kembali yang baru. Lamanya perpanjangan buku 2

( dua ) kali 1 ( satu ) minggu bagi mahasiswa.




B. Perlengkapan
Perabot perpustakaan adalah sarana pendukung atau perlengkapan
perpustakaan yang digunakan dalam proses pelayanan pemakai perpustakaan dan merupakan kelengkapan yang harus ada untuk terselenggaranya perpustakaan.
Yang termasuk dalam perabot/perlengkapan perpustakaan antara lain : Rak buku, Rak majalah, Rak surat kabar, Rak atlas dan kamus, Papan peraga / pameran, Laci penitipan tas, Lemari catalog, Lemari multi media, Lemari Arsip, Meja dan kursi sirkulasi, Meja dan kursi baca, Meja dan kursi pegawai, Kereta buku, barang, dan Tangga beroda.
Sedangkan peralatan perpustakaan adalah barang-barang yang diperlukan secara
langsung dalam mengerjakan tugas/kegiatan di perpustakaan. Yang termasuk
dalam perlengkapan perpustakaan antara lain :buku pedoman perpustakaan,Buku klasifikasi, Kartu catalog, Buku Induk, Kantong buku, Lembar tanggal kembali, Label, Cap inventaris, Cap perpustakaan, Bak stempel, Kartu pemesanan, Mesin ketik/Komputer, ATK, Selotip,dan Lem dll.















BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA

A. Keriteria Patugas
Sumber daya manusia perpustakaan terdiri dari pustakawan, tanaga fungsional lain dan tenaga administrasi berfungsi untuk menggerakkan aktivitas perpustakaan. Kualitas mereka perlu ditingkatkan terus menerus agar mampu mengoptimalkan kinerja dan menggerakkan sumber daya lainnya.
Perlunya peningkatan kualitas karena adanya realitas di lapangan bahwa mereka itu kurang motivasi, rendah kinerja, kurang berani tampil, mandul pemikiran dan bekerja statis. Hal-hal seperti inilah yang kurang mampu mendorong perkembangan perpustakaan dan profesi pustakawan di negeri ini.
Peningkatan sumber daya manusia tidak harus dengan biaya mahal. Maka upaya peningkatan ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, informal dan nonformal.
Pada umumnya, karyawan – karyawan yang beretos kerja terbaik itu akan berperilaku atau pun berciri-ciri seperti.
1. Mereka akan bekerja untuk membangun reputasi dan kredibilitas dirinya, agar dirinya dihargai perusahaan. Mereka sadar bahwa prestasi dan karir kerja mereka hanya akan berjalan baik, bila mereka mampu berdedikasi total kepada pekerjaan mereka.
2. Mereka sangat loyal kepada pimpinan dan perpustakaan. Mereka juga tidak pernah hitung-hitungan jam kerja. Apa pun kejadiannya, mereka akan mengutamakan tanggung jawab pekerjaannya secara maksimal.
3. Mereka bergabung ke perpustakaan dengan membawa misi dan visi pribadi mereka. Yang pasti, mereka akan menggunakan perpustakaan sebagai kendaraan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka, baik itu dari sisi finansial, maupun dari sisi status sosial mereka.
4. Mereka selalu fokus dan memiliki Komitmen tinggi untuk menjalankan semua rencana kerja perpustakaan secara total dan berkualitas. Mereka akan mendedikasikan dirinya untuk bekerja keras mengejar target-target yang diberikan perpustakaan
5. Demi untuk keberhasilan perpustakaan, mereka selalu bekerja dengan cara melakukan kolaborasi, koordinasi, komunikasi dengan atasan dan bawahan mereka.
B. Promosi Perpustakaan
Promosi perpustakaan adalah aktivitas memperkenalkan perpustakaan dari segi fasilitas, koleksi jenis layanan, dan manfaat yang dapat diperoleh oleh setiap pemakai perpustakaan secara lebih terperinci, tujuan promosi perpustakaan adalah :
1. memperkenalkan fungsi perpustakaan kepada masyarakat pemakai mendorong minat baca dan mendorong masyarakat agar menggunakan koleksi perpustakaan semaksimalnya dan menambah jumlah orang yang membaca
2. memperkenalkan pelayanan dan jasa perpustakaan kepada masyarakat.
Metode memamerkan jasa perpustakaan dapat berupa nama dan logo, poster dan panflet, pameran, media dan video, ceramah, dan iklan
Sarana promosi bentuk tercetak yang dapat dilakukan untuk sarana promosi perpustakaan, antara lain adalah sebagai berikut : brosur , poster, map khusus perpustakaan, pembatas buku
Hal lain yang harus diketahu untuk mempromosikan perpustakaan adalah unsur-unsur promosi seperti di bawah ini :
- attention/perhatian - action/tindakan
- interest/ketertariakan - satisfy/kepusan
- desire/keinginan
C. Kiat Menarik Pengunjung
Salah satu cara yang efektif untuk menembus pembatas dan penghalang komunikasi antara perpustakaan dan penggunanya adalah dengan jalan mengadakan kegiatan perpustakaan yang melibatakan staf perpustakaan dan pengguna. Beberapa macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk promosi antara lain dengan peningkatan diri para petugas perpustakaan yaitu dengan berusaha tampil penuh percaya diri, berpandangan positif, dan berpakaian dengan sopan dan rapi.
Pendekan pada guru dilakukan dengan cara proaktif, membuat daftar buku yang ada di perpustakaan berkenaan dengan tiap mata pelajaran dan diberikan kepada masing-masing guru sesuai dengan mata pelajarannya, meminta daftar buku yang diperlukan guru-guru dalam menunjang pengajaran mereka
Pendekatan dengan pihak pemimpin dengan cara membuat perencanaan jangka pendek (1 tahun) yang berkualitas dengan argumentasi yang kuat dan diajukan kepada kepala sekolah, membuat laporan pembangunan perpustakaan secara periodik (perkuartal, persemeter, atau pertahun, mengajukan kepada kepala sekolah agar mewajibkan anak didik mengikuti kelas perpustakaan satu jam pelajaran dalam satu minggu
Selain itu petugas juga memberikan pelayanan yang baik agar kepuasan pengguna tercapai yaitu dengan memelihara penantaan buku yang rapi agar buku mudah didapat, membiasakan diri agar biasa berdisiplin dengan waktu, melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
Kegiatan penunjang perpustakaan yang lain adalah membuat poster, membuat pamflet, mengadakan pameran buku



DAFTAR PUSTAKA

 Moedzakir, Pemeliharaan Buku dan Menjilid, Yogyakarta : Pusdiklat Perpustakaan IKIP, 1980.
 Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991.
 Razak, Mohammadin, Pelestarian bahan pustaka dan arsip, Jakarta : Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
 Martoatmodjo, Karmidi : Pelestarian Bahan Pustaka, Jakarta : Universitas Terbuka, 1993.






read more...

Epistimologi Islam

Epistimologi Islam secara sederhananya adalah faham ilmu menurut Islam, atau dengan kata lain apa itu ilmu menurut Islam, apa sumber-sumbernya, apa tingkatan-tingkatannya,dll. Islam misalnya menganut faham bahwa manusia itu bisa tahu,. Perkataan bisa itu perlu digaris bawahi, karena ada epistimologi lain yang mengatakan bahwa manusia itu tidak tahu. Itulah epistimologi orang-orang shopist, yang pernah hidup sebelum kelahiran para ahli filsafat klasik, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang menolaknya. Dalam hal ini epistimoogi Islam setuju dengan ahli-ahli filsafat klasik tersebut.



Namun epistimologi Islam jauh lebih tinggi dari epistimologi para ahli filsafat itu, karena mereka berhenti pada sumber panca indera dan akal manusia saja untuk tahu. Sementara epistimologi Islam menyempurnaka pengetahuan yang di capai oleh indera dan akal manusia dengan satu lagi sumber ilmu yaitu wahyu, yaitu al-qur’an dan hadits.

Jadi selain menerima indera dan akal manusia sebagai sumber ilmu, epistimologi Islam juga melibatkan wahyu yaitu al-qur’an dan hadits sebagai sumber ilmu. Kadang-kadang indera dan akal manusia tidak bisa membuat keputusan yang pasti tentang suatu pengetahuan, maka peranan wahyu adalah memastikannya.

Contohnya mengenai berita bahwa akan ada hidup setelah mati, hal ini tidak bisa di pastikan dengan indera dan akal manusia, akal hanya bisa mengatakan munkin ada hidup setelah mati. Akan tetapi Rasulullah saw. Memberi kepastian bahwa hidup setelah mati itu pasti bukan sekedar kemunkian.

Karena tujuan ilmu adalah untuk mencapai kepastian dan keyakinan, maka panca indera dan akal saja tidak sempurna untuk mencapai tujuan ilmu tadi. Inilah diantara faham ilmu epistimlogi islam.

Oleh : SUBLIYANTO



read more...

Program Kerja HMJ Tarbiyah


PROGRAM KERJA
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN ( HMJ ) TARBIYAH
STAI LUQMAN AL-HAKIM PESANTEREN HIDAYATULLAH SURABAYA PERIODE 2010

NO NAMA KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU
1 FORUM DIDKUSI ANTAR MAHASISWA TARBIYAH
( FOR_DIMATA ) MENINGKATKAN KUALIATAS DAN KAPASITAS INTELEKTUAL MAHASISWA MAHASISWA TARBIYAH SEMINNGGU SEKALI
2 PEMBUATAN BLOG HMJ TARBIYAH MENAMPUNG SEMUA TULISAN BAIK BERUPA MAKALAH,ARTIKEL,MAUPUN ASPIRASI MAHASISWA TARBIYAH MAHASISWA TARBIYAH EVERYDAY
3 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MENSOSIALISASIKAN PENTINGNYA ISLAMISASI PENDIDIKAN UMUM SITUASIONAL



read more...

Struktur Kepengurusan HMJ Tarbiyah


STRUKTUR KEPENGURUSAN
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN ( HMJ ) TARBIYAH
STAI LUQMAN AL-HAKIM PESANTEREN HIDAYATULLAH SURABAYA PERIODE 2010

KAJUR TARBIYAH : UST. MASYHUD, M.Si

KETUA : DARMAWANSYAH

SEKRETARIS : SUBLIYANTO

BENDAHARA : SAHARUDIN

DIVISI-DIVISI :

• D.HUMAS : ABDUL WAKIT

• D.INFOKOM : SUGENG

• D.P2 SDM : HENDRI ABDUL AZIZ

• D.KEROHANIAN : RICKY YUDHI TRIANTO



read more...

Katalogisasi Bahan Perpustakaan

Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan dan menyegarkan.
Perpustakaan memberi kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan perpustakaan merupakan jantung bagi kehidupan aktifitas akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perpustakaan harus menjadi sarana aktif/interaktif dan menjadi tempat dihasilkannya berbagai hal baru.
Oleh karena itu pada makalah ini kami bahas tentang salah satu bagian dari manajemen perpustakaan, yaitu Katalogisasi dan Pemeliharaan buku. Semoga dengan pembahasan ini kita dapat mengambil hikmahnya sehingga dapat di implementasikan dalam kehidupan kita.

KATALOGISASI

A. Arti Katalogisasi
Perpustakaan sebagai suatu sistem informasi berfungsi menyimpan pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa, sehingga informasi yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat dan tepat. Untuk itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses dengan system katalogisasi (cataloging).
Proses katalogisasi merupakan pembuatan identitas atau data bibliografi bahan pustaka dengan tujuan mempermudah pengguna jasa perpustakaan untuk temu kembali informasi bahan pustaka. Data bibliografi tersebut biasanya terdiri dari, pengarang, pengarang tambahan, judul, anak judul, judul seragam, penerbit, tempat terbit, edisi, tahun terbit,bibliografi, jumlah halam dll.
B. Tujuan dan Fungsi Katalog
Tujuan katalogisasi menurut Carles Ammi Cutter (dalam Qalyubi, 2007) bahwa tujuan catalog perpustakaan adalah :
1. Memberikan kemungkinan seseorang menemukan sebuah buku yanh diketahui berdasarkan pengarang, judul buku dan subyeknya.
2. Menunjukan buku yang dimilki perpustakaan dari pegarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, dan dalam literatur tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.
Adapun fungsi dari pembuatan katalog adalah untuk mempermudah pencarian buku dalam perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan subyek.
C. Cara Membuat Katalog
Sistem katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai tahapan penyeragaman peraturan katalogisasi. perkembangan terakhir yang sampai sekarang masing digunakan untuk pedoman katalogisasi secara internasional adalah : Anglo American Cataloguing Ruler 2 : Revised ( 1988 )/ AACR2R.
Sedangkan perpustakaan mempunyai bentuk fisik katalog yang bermacam-macam:
1. Katalog Kartu (Card Catalog) ukuran 7,5cm x 12,5 cm
2. Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm
3. Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)
4. Katalog OPAC (Online Public Access Catalog).
Sedangkan untuk jenis katalog perpustakaan ada beberapa jenis :
1. Katalog Shelflist
2. Katalog Pengarang
3. Katalog Judul ; dan
4. Katalog Subyek.

D. Cara Menyusun Katalog
Cara menyusun katalog ada 2 macam yaitu :
a) Bagi kelompok kartu katalog yang pengarang, kartu katalog judul, dan kartu katalog subyek, masing-masing di susun menurut urutan secara alfabetis dari pada huruf-huruf nama pengarang, judul dan subyek.
b) Bagi kelompok katalog shelflist, disusun menurut urutan nomor penempatan yang tercantum pada sudut kiri atas, sepertihalnya menyusun buku pada rak buku menurut urutan nomor penempatan yang tercantum pada label yang di tempelkan pada punggung buku.

E. Labelisasi
Salah satu dari bentuk pengeloaan perpustakaan adalah adanya label atau cap pada setip bahan pustaka. Dalam pemberian cap atau label pada bahan pustaka terdapat dua hal yang perlu di perhatikan yaitu :
1. Label atau cap pada inventaris, yaitu cap atau stempel yang terdiri atas kolom -kolom isisan nomor inventaris dan tanggal pada waktu buku di daftar di dalam buku inventaris. Bentuknya terserah pada selera masing-masing perpustakaan yang memiliki.
2. Label atau cap perpustakaan, yaitu cap atau stempel yang terddiri dari nama perpustakaan yang bersangkutan dan bentuknyapun terserah kepada selera perpustakaan yang memiliki.
PENYUSUNAN DAN PEMELIHARAAN BUKU
A. Penyusunan Buku
Dalam menyusun buku terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Buku-buku di susun menurut urutan nomor klas mulai dari yang terkecil sampai pada yang terbesar.
2. Kemudian susunan dilanjutankan dengan susunan menurut urutan secara alfabetis 3 huruf kependekan nama utama / keluargapengarangsatu persatu, mulai huruf ke 1, 2 ,dan ke 3, dilanjutkan dengan urutan secara alfabetis pula satu huruf pertama dari judul.
3. Selanjutnya diteruskan dengan urutan nomor maupun huruf lain yang kiranya masih trcantum dalam label nomor penempatan.

B. Pemeliharaan Buku
Bahan pustaka adalah unsur penting dalam sistem perpustakaan, dimana bahan pustaka harus dilestarikan karena memiliki nilai informasi yang mahal. Bahan pustaka berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audio visual seperti audio kaset, video, slide, CD-Rom dan sebagainya.
Pemeliharaan bahan pustaka tidak hanya secra fisik saja, namun juga meliputi isinya yang berbentuk informasi yang terkandung di dalamnya.
Pemliharaan merupakan kegiatan mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan, awet, dan bisa dipakai lebih lama serta bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Pemeliharaan Bahan Pustaka pada dasarnya ada 2 (dua) cara :
1.Pemeliharaan kondisi lingkungan bahan pustaka, yang meliputi :
a) mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh cahaya.
b) mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh suhu udara dan kelembaban udara
c) mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, dan logam dari udara
d) mencegah kerusakan dari faktor biota dan jamur
e) mencegah kerusakan dari faktor air
f) mencegah kerusakan dari faktor kebakaran
g) melakukan fumigasi ; tindakan pengasapan yang bertujuan mencegah,
2. Pemeliharan kondisi fisik bahan pustaka meliputi :
a) menambal dan menyambung
b) menambal dengan bubur kertas
c) menambal dengan potongan kertas
d) menambal dengan kertas tisu
e) menyambung dengan kertas tisu
f) laminasi dengan tangan
g) laminasi dengan mesin pres panas
h) laminasi dengan filmoplast
i) enkapsulasi (memberikan bahan pelindung dengan film plastik polyester )
j) penjilidan dan perbaikan

Dalam pemeliharaan bahan pustaka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan pemeliharaan bahan pustaka di perpustakaan :
1) menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan pustaka atau dokumen
2) menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen
3) mengatasi kendala kekurangan ruang (space)
4) mempercepat proses temu balik atau penelusuran dan perolehan informasi
5) menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka

Kegiatan Pemeliharaan bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain :
1) Fungsi perlindungan : upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang mengakibatkan kerusakan
2) Fungsi pengawetan : upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.
3) Fungsi kesehatan : upaya menjaga bahan pustaka tetap dalam kondisi bersih sehingga tidak berbau pengap dan tidak mengganggu kesehatan pembaca maupun pustakawan.
4) Fungsi pendidikan : upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar
5) Fungsi kesabaran : upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan ketelitian.

DAFTAR PUSTAKA

 Moedzakir, Pemeliharaan Buku dan Menjilid, Yogyakarta : Pusdiklat Perpustakaan IKIP, 1980.
 Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991.
 Razak, Mohammadin, Pelestarian bahan pustaka dan arsip, Jakarta : Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
 Martoatmodjo, Karmidi : Pelestarian Bahan Pustaka, Jakarta : Universitas Terbuka, 1993.



read more...

Selasa, 19 Januari 2010

Belajar Agar, Beradab

Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), K.H. M. Hasyim Asy’ari, menulis sebuah buku penting bagi dunia pendidikan. Judulnya, Aadabul ‘Aalim wal-Muta’allim Terjemahan harfiahnya: Adab Guru dan Murid. Buku ini membahas tentang konsep adab. Kyai Hasyim Asy’ari membuka kitabnya dengan mengutip hadits Rasulullah saw: “Haqqul waladi ‘alaa waalidihi an-yuhsina ismahu, wa yuhsina murdhi’ahu, wa yuhsina adabahu.” (Hak seorang anak atas orang tuanya adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik).

Jadi, mendidik anak agar menjadi orang beradab, sejatinya adalah tugas orang tua.
Sebagai institusi pendidikan, sekolah mengambil alih sebagian tugas itu, menggantikan amanah yang dibebankan kepada orang tua. Tujuannya tetap sama: jadikanlah anak beradab! Adab memang sangatlah penting kedudukannya dalam ajaran Islam. Imam Syafii, imam mazhab yang banyak menjadi panutan kaum Muslim di Indonesia, pernah ditanya, bagaimana upayanya dalam meraih adab? Sang Imam menjawab, bahwa ia selalu mengejar adab laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang.”

Demikianlah sebagian penjelasan KH Hasyim Asy’ari tentang makna adab. Menyimak paparannya, maka tidak bisa tidak, kata adab memang merupakan istilah yang khas maknanya dalam Islam. Bahkan, menurutnya, salah satu indikator amal ibadah seseorang diterima atau tidak di sisi Allah SWT adalah tergantung pada sejauh mana aspek adab disertakan dalam setiap amal perbuatan yang dilakukannya.

Lalu, apa sebenarnya konsep adab? Uraian yang lebih rinci tentang konsep adab dalam Islam disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, pakar filsafat dan sejarah Melayu. Menurut Prof. Naquib al-Attas, adab adalah “pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan darjat, yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.” Pengenalan adalah ilmu; pengakuan adalah amal. Maka, pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. ”Keduanya sia-sia kerana yang satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu lagi mensifatkan ketiadasedaran dan kejahilan,” demikian Prof. Naquib al-Attas. (SM Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (ISTAC, 2001).

Begitu pentingnya masalah adab ini, maka bisa dikatakan, jatuh-bangunnya umat Islam, tergantung sejauh mana mereka dapat memahami dan menerapkan konsep adab ini dalam kehidupan mereka. Manusia yang beradab terhadap orang lain akan paham bagaimana mengenali dan mengakui seseorang sesuai harkat dan martabatnya. Martabat ulama yang shalih beda dengan martabat orang fasik yang durhaka kepada Allah. Jika dikatakan menyebutkan, manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa, maka seorang yang beradab tidak akan lebih menghormat kepada penguasa yang zalim ketimbang guru ngaji di kampung yang shalih. Itu adab kepada manusia.
Adab terkait dengan iman dan ibadah dalam Islam. Adab bukan sekedar ”sopan santun”. Jika dimaknai sopan santun, bisa-bisa ada orang yang menuduh Nabi Ibrahim a.s. sebagai orang yang tidak beradab, karena berani menyatakan kepada ayahnya, ”Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS 6:74). Bisa jadi, jika hanya berdasarkan sopan santun, tindakan mencegah kemunkaran (nahyu ’anil munkar) akan dikatakan sebagai tindakan tidak beradab. Padahal, dalam Islam, adab terkait dengan iman dan ibadah kepada Allah. Ukuran seorang beradab atau tidak ditentukan berdasarkan ukuran sopan-santun menurut manusia. Seorang yang berjilbab di kolam renang bisa dikatakan berperilaku tidak sopan, karena semua perenangnya berbikini.

Adab di Tamadun Melayu Ulama besar dan sastrawan dari Riau, Raja Ali Haji pun telah menyinggung tentang pentingnya akal adan adab. Ia menyatakan kelebihan seorang manusia adalah pada akal dan adab dan bukan pada janis bangsa dan asal. Maka, dalam kitabnya, Bustan al Katibin, yang ditulisnya tahun 1850, ia menyatakan: “Jikalau beberapa pun bangsa jika tiada ilmu dan akal dan adab, ke bawah juga jatuhnya, yakni kehinaan juga diperolehnya.”

Maka agar seseorang, masyarakat atau bangsa itu menjadi mulia, Ali Haji menasehatkan agar individu-individu itu memahami agama. Sebagaimana hadits Rasulullah saw yang terkenal: “Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan, maka ia diberi pemahaman kepada ilmu agama (ad diin).”

Pembinaan individu yang ber-adab ini juga menjadi perhatian yang serius ulama-ulama Melayu abad 18. Seperti Syekh Abdus Shamad al Palimbani dan Syekh Daud Abdullah Fathani. Syekh Palimbani misalnya menulis Hidayah as Salikin. Kitab ini disusun diantaranya merujuk pada karya-karya Imam al Ghazali Minhajul Abidin, Ihya’ Ulumud Din dan dan al-Arbain fi Ushul ad Din. Sedangkan karya Syeikh Daud bin Abdullah al Fathani diantaranya adalah menerjemahkan kitab al Ghazali Bidayah al Hidayah. (Dikutip dari makalah pakar sejarah Melayu, Wan Mohd Shaghir Abdullah, “Sejarah Tasawuf dan Perkembangannya di Nusantara”, 2006).

Syekh Wan Ahmad al Fathani dari Pattani (1856-1908), dalam kitabnya Hadiqatul Azhar war Rayahin (Terj. Oleh Wan Shaghir), berpesan agar seseorang mempunyai adab, maka ia harus selalu dekat dengan majelis ilmu. Ia menyatakan : “Jadikan olehmu akan yang sekedudukan engkau itu (majelis) perhimpunan ilmu yang engkau muthalaah akan dia. Supaya mengambil guna engkau daripada segala adab dan hikmah.”
Menjabarkan konsep adab Prof. SM Naquib al-Attas, Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud, guru besar Institut Alam dan Tamadun Melayu—Universiti Kebangsaan Malaysia, mencatat, bahwa sedikitnya terdapat 18 entri mengenai ta’dib, addaba dan adab yang bisa dijumpai dalam lebih dari satu buku koleksi hadits. Lihat AJ Wensinck dan JP Mensing, Boncordance Indices de la Tradition Musulmane, 7 jil. (Leiden :EJ Brill, 1943), I :26 ; Nasrat Abdel Rahman, The Semantic of Adab in Arabic, al Syajarah jil.2, No. 2, 1997, hh. 189-207. Dalam artikel ini Prof. Abdel Rahman menganalisis pelbagai arti perkataan adab dan perkataan yang diderivasi darinya, khususnya perkataan ta’dib, dari 50 pengarang (penulis) buku berbahasa Arab dan analisis tersebut secara umum menguatkan pemahaman al Attas.”

Perkataan adab, menurut al Attas, memiliki arti yang sangat luas dan mendalam, sebab pada awalnya perkataan adab berarti undangan ke sebuah jamuan makan,yang di dalamnya sudah terkandung ide mengenai hubungan social yang baik dan mulia. Namun adab kemudian digunakan dalam konteks yang terbatas, seperti untuk sesuatu yang merujuk pada kajian kesusastraan dan etika profesional dan kemasyarakatan. Menurut Wan Daud, filosof terkenal, Al Farabi juga mendefinisikan ta’dib sebagai aktivitas yang memproduksi suatu karakter yang bersumber dari sikap moral. Maka, sebenarnya, makna kedua istilah, ta’lim dan tarbiyah telah tercakup di dalam istilah ta’dib. Ibnul Mubarak menyatakan: “Kita lebih memerlukan adab daripada ilmu yang banyak.”

Jika adab hilang pada diri seseorang, maka akan mengakibatkan kezaliman, kebodohan dan menuruti hawa nafsu yang merusak. Karena itu, adab mesti ditanamkan pada seluruh manusia dalam berbagai lapisan, pada murid, guru, pemimpin rumah tangga, pemimpin bisnis, pemimpin masyarakat dan lainnya. Bagi orang-orang yang memegang institusi, bila tidak terdapat adab, maka akan terjadi kerusakan yang lebih parah. Kata Prof Wan Mohd. Nor: ”Gejala penyalahgunaan kuasa, penipuan, pelbagai jenis rasuah, politik uang, pemubaziran, kehilangan keberanian dan keadilan, sikap malas dan ’sambil lewa’, kegagalan pemimpin rumah tangga dan sebagainya mencerminkan masalah pokok ini.”

Sikap boros dalam menggunakan kekayaan negara adalah sifat yang buruk bagi pemimpin dan dapat berakibat pada pencopotan dari jabatannya. Dalam teks Hikayat Aceh menurut Prof. Wan Mohd Nor (2007), terdapat dua kasus, dimana Sultan Seri Alam yang sangat boros dan Sultan Zainal Abidin yang zalim dimakzulkan dari kursi pemerintahan.

Adab terhadap ilmu Jadi, menurut Prof. Wan Mohd. Nor, jika adab hilang pada diri seseorang, maka akan mengakibatkan kezaliman, kebodohan dan menuruti hawa nafsu yang merusak. Manusia dikatakan zalim, jika – misalnya – meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Maka, dengan pemahaman seperti itu, seorang Muslim yang beradab pasti lebih mencintai dan mengidolakan Nabi Muhammad saw ketimbang manusia mana pun. Manusia Muslim yang beradab juga akan menghormati sahabat-sahabat nabi dan keluarganya. Begitu juga seorang muslim yang beradab akan lebih menghormati ulama pewaris nabi, ketimbang penguasa yang zalim. Salah satu adab penting yang harus dimiliki seorang Muslim adalah adab terhadap ilmu. Saeorang yang beradab, menurut SM Naquib al-Attas, seorang beradab haruslah mengenal derajat ilmu, mana ilmu yang wajib ‘ain (wajib dimiliki oleh setiap muslim) dan mana yang wajib kifayah (wajib dimiliki sebagian Muslim).

Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting, sebagai jalan mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Ilmu juga satu-satunya jalan meraih adab. Orang yang berilmu (ulama) adalah pewaris nabi. Karena itu, dalam Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali mengingatkan, orang yang mecari ilmu dengan niat yang salah, untuk mencari keuntungan duniawi dan pujian manusia, sama saja dengan menghancurkan agama. Dalam kitabnya, Adabul ‘Alim wal-Muta’allim, KH Hasyim Asy’ari juga mengutip hadits Rasulullah saw: “Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah atau ia mengharapkan selain keridhaan Allah Ta’ala, maka bersiaplah dia mendapatkan tempat di neraka.”

Ibnul Qayyim al-Jauziyah, murid terkemuka Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, juga menulis sebuah buku berjudul Al-Ilmu. Beliau mengutip ungkapan Abu Darda’ r.a. yang menyatakan: “Barangsiapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan merupakan jihad, sesungguhnya ia kurang akalnya.” Abu Hatim bin Hibban juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah r.a., yang pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa masuk ke masjid ku ini untuk belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah.”

Karena begitu mulianya kedudukan ilmu dalam Islam, maka seorang yang beradab tidak akan menyia-nyiakan umurnya untuk menjauhi ilmu, atau mengejar ilmu yang tidak bermanfaat, atau salah niat dalam meraih ilmu. Sebab, akibatnya sangat fatal. Ia tidak akan pernah mengenal Allah, tidak akan pernah meraih kebahagiaan sejati. Sebab, dengan mengenal dan berzikir kepada Allah, maka hati akan menjadi tenang.

Maka, belajarlah ilmu yang benar! Belajarlah dengan niat yang benar! Jadilah manusia yang adil dan beradab! Ingatlah, nasihat Luqmanul Hakim kepada anaknya:”Wahai anakku, janganlah kamu menserikatkan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar.” (QS 31:13)


read more...